Jumat, 13 Januari 2012

tugas kuliah gizi


MAKALAH
 GIZI ANTROPOMETRI








Disusun oleh :
Inayati Ulin Ni’mah
Irfan Riyadi
Isqiyatul Amanah
Ismiyatul Aeni
Heni Handrini
Galih Maulana. F
Kiryanto Bambang. A
Maulana Hakim
Muallifah
M. Akhsin Tanal
M. Khoerul Kirom
Naila Sofiani


AKADEMI KEPERAWATAN ALHIKMAH 02
BENDA SIRAMPG BREBES
2011



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hal yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah meningkatkan perhatian terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya mallnutrisi (Gizi salah) dan resiko untuk menjadi gizi kurang. Status gizi menjadi penting karena merupakan salah satu factor resiko untuk terjadi kesakitan atau kematian.  Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemmampuan dalamproses pemulihan.
Peran dan kedudukan penilaian status gizi (PSG) didalam ilmu gizi adalah untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu dan masyarakat. PSG adalah interprestasi dari data yang dikumpulakan dengan menggunakan berbagai merode untuk mengidentifikasi populasi atau individu ang beresiko atau dengan status gizi kurang/ buruk. Metode PSG ini dibagi dalam tiga kelompok, Yaitu kelompok pertama: metode secara langsung yang terdiri dari  penilaia dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium,  metode biofisik, dan antropometri. Kelompok kedua: penilaian dengan melihat statistic kesehatan yang biasa disebut dengan  PSG tidak langsung karenatidak menilai individu secara langsung. Kelompok ketiga: penilaian dengan melihat variable ekologi.
Data penilaian status gizi dapat dikumpulkan dengan bebagai cara. Pengumpulan data ini  akan menjadi penting kedudukannya dalam PSg karena akan sangat mempengaruhi hasil yang didapat yang akhirnya akan mempengaruhi juga informasi yang disampaikan.

B.     Tujuan Penilaian Status Gizi.
Penialaian status gizi bertujuan untuk:
1.      Menberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi;
2.      Menberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelebihan dari metoda – metoda yang digunakan;
3.      Memberikan ganbaran singakat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan implementasi untuk penilaian status gizi.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuruan dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbgai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
B.     Ruang Lingkup Antropometri
Antropometri bisa sangat luas terapannya, tergantung pada pemahaman teoritis ilmuwan untuk mengaplikasikannya. Pemahaman teoritis ini mencangkup paling tidak ilmu kedokteran, kesehatan, biologi, pertumbuhan, gizi, dan patologi.
Antropometri terbagi menjadi antropometri hidup dan antropometri skeletal-subdental. Hal ini karena antropologi biologis mencangkup rentang waktu, masa lalu dan masa kini, maka pengukuran dalam antropologi diaplikasikan ke rangka dan gigi maupun ke badan manusia hidup. Tiga tipe ukuran antropometri adalah ukuran vertikal, horizontal dan lingkaran. Pada ukuran gigi, 3 ukuran penting adalah mesiodisal, bukolinual, dan tinggi mahkota. Aplikasi antropometri mencangkup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai status pertumbuhan, status gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga, dan lanjut usia.
Antropometri untuk identifikasi, misalnya penentuan laki-laki atau perempuan pada sisa hayat yang hanya berupa tulang. Contohnya, diameter caput humeri dan fosa glenoidea, dan ukuran-ukuran kepala. Bila panjang fossa glonoidea lebih dari 32 mm, identifikasi rangka cenderung merujuk pada individu laki-laki (Indriati, 2004).
Antropometri pada neonatal dan anak-anak menilai status gizi dan pertumbuhan, ukuran-ukuran yang penting adalah lingkar kepala, lingkar lengan atas, berat badan, dan tinggi badan. Hal ini karena ukuran tersebut berkaitan dengan pertumbuhan besar otak, maturitas tulang dan status gizi. Prinsip pertumbuhan anak adalah cepahlocaudal dan proximodistal, contohnya, pertumbuhan otak lebih dahulu optimal dibanding pertumbuhan organ disebelah kaudal otak. Demikian pula truncus lebih optimal pertumbuhannya dibandingkan tungkai. Pengetahuan ini merefleksikan mengapa ukuran lingkar kepala lebih penting daripada lingkar paha, misalnya, dalam menilai status pertumbuhan anak.
Antropometri pada remaja menilai pertumbuhan remaja dalam hal maturitas skeletal dan dental, dan badan seiring dengan 5 macam pertumbuhan lainnya meliputi pertumbuhan kognitif, spirutual, hubungan dengan keluarga, hubungan sosial dan emosional. Adanya gangguan karena trauma/jejas/injuri pada satu aspek perkembangan dapat menganggu pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-aspek lainnya. Antropometri pada dewasa acap kali menilai obesitas, yang dilakukan dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul, tebal lipatan kulit (lemak) sentral dan ekstrenitas, serta rasio tinggi dan berat badan dalam indeks massa badan.
Antropometri lanjut usia menilai perubahan yang normal pada menua meliputi berkurangnya tinggi badan, tinggi duduk, dan panjang rentang tangan (Indriati, 2005). Sebaliknya lingkar dada dan dalam dada bertambah pada lanjut usia (Hayrflick, 1994; Indriati, 2005).
Antropologi teknik/antropometri terapan (Human Engeenering) merupakan pengukuran badan ketika manusia sedang bekerja atau (mengfungsikan badannya). Beberapa ukuran penting dalam ukuran duduk, meliputi :
1.      Panjang rentang lengan ke muka dan tangan menggenggam
2.      Panjang lengan bawah ke muka siku fleksi tangan lepas
3.      Panjang dari ujung posterior pantat ke lutut paling anterior diukur horizontal,
4.      Panjang dari panjang posterior punggung ke ujung paling anterior tangan yang direntangkan ke depan,
5.      Tinggi dari tepi inferior pantat ke akrmion,
6.      Tinggi dari tepi inferior pantat ke siku ketika fleksi,
7.      Tinggi dari tepi inferior siku fleksi ke akronium dan
8.      Tinggi dari tepi inferior paha ke ujung posterior tumit (pternion)
Contoh-contoh ukuran ini pada intinya adalah agar seseorang yang sedang duduk bekrja harus cukup ruang disekitarnya sehingga dapat kerja dengan nyaman.
Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam kedokteran menjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang adekuat dan intregatif dengan cabang ilmu kedokteran, terutama faal, anatomi, dan biokimia. Dalam faal aplikasinya berupa pengukuran kebugaran kardiovaskuler dan respirasi; dalam anatomi berupa kebugaran musculo skeletal, dan dalam biokimia berupa hemodinamaika. Penelitian integratif setidaknya pada keempat bidang ini akan menghasilkan keluaran yang bermakna pada penilaina status gizi, obesitas, pertumbuhan, menua, dan kebugaran jantung dan paru-paru dalam kedokteran olahraga. Antropometri yang mula-mula dikembangkan para ahli antropologi biologis untuk meneliti variasi biologis manusia, kini telah dengan luas diaplikasikan ke bidang-bidang terkait.
Antropometri dapat dibagi menjadi 2 yaitu,
  1. Antropometri Statis (struktural)
Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh.
  1. Antropometri Dinamis (fungsional)
Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Hal-hal yang memengaruhi dimensi antropometri manusia adalah sebagai berikut,
  • Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.
  • Jenis kelamin
Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.
  • Rumpun dan Suku Bangsa
  • Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh
Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri meskipun juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan.
  • Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh
  • Kondisi waktu pengukuran
Penilaian Status Gizi Secara Langsung/ Pengukuran Antropometri.
Pengkuran Antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dab komposisi tubuh. Ada beberapa pengukuran antropometri utama. Untuk jelasnya dapat dilihat pada table berikut.
Pengukuran
Komponen
Jaringan utama yang diukur
Stature/ Tinggi badan
Kepala, tulang belakang, tulang punggung, dan kaki.
Tulang
Berat badan.
Seluruh Tubuh.
Seluruh jaringan, khususnya lemak, otot, tulang tulang dan air
Lingkaran lengan
Lemak bawah kulit
Otot(secara teknik lebih sedikit digunakan di Negara maju)

Otot, tulang
Lemak (Lebih sering digunakan secara teknik di Negara maju)
Lipatan lemak
Lemak bawah kulit, kulit
lemak

Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode PSg secara langsung untuk menilai dua masalah gizi, yaitu:
1.      Kurang energy protein (KEP)
2.      Obbesitas pada semua kelompok umur.

Macam – macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut:

a.       Masa tumbuh.
Berat badan adalah pengururab antropometri yang paling sering digunakan walaupun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran.
1)      Berat badan.
Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang. Pada orang dewasa terdapat peningkatan jumlah lemak sehubungan dengan umur dan terjadi penurunan protein otot. Berat badan sewaktu lahir dapat digunakan sebagai indicator status gizi bayi dengan cut off point <2.500 gram dikatakan sebagai bayi BBLR. Untuk menilai status gizi biasanya berat badan duhubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan.
b.      Pengukuran Linear (Panjang)
Dasar pengukuran linear adalah tinggi (pamjang) atau stature dan merefleksikan pertumbuhan skeletal. Pengukuran linear lainnya seperti tulang bias digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panjang lengan atas atau kaki.
1.      Tinggi badan,
Pengukuran tinggi badab seseorang pada prinsifnya adalah mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, punggung, tulang belakang dan tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total tinggi (Atau panjang) yang diukur secara rutin.
Tinggi badan yang dihubungkan dengan umur dapat digunaka sebagai indicator status gizi masa lalu.
2.      Panjang badan.
Panjang badan dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk bediri pada waktu pengumpulan data tinggi badan.
3.      Lingkar kepala.
Pengukuran lingkar kepala biasanya digunakan pada kedokteran anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrochepalus (ukuran kepala besar) atau microcephaly (ukuran kepala kecil). Untuk melihat pertumbuhhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaus.
4.      Lingkaran dada.
Pertumbuhan dada pesat anak sampai berumur tiga tahun sehingga bias digunakan pada anak yang berumur 2 – 3 tahun.  Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indicator KEP pada balita.  Setelah umur ini lingkaran kepala tumbuh lebih lambat dari pada lingkaran dada pada anak yang Kep  terjadi pertumbuhan dada yang lambat sehihingga rrasio lingkaran kepala dan dada < 1.
5.      Lingkaran lengan atas.
Lingkaran lengan atas (LILA) biasa digunakan pada abalita serta wanita usia subur Pengukuran LILA dipilih karena relatif mudah, cepat, Harga alat murah, tidak memerlukan data umur untuk balita yang kadang kala susah mendapatka data umur yang tepat. Bila mencerminkan cadangan energy sengga pengukuran ini papat mencerminkan status KEP (kurang energy dan protein) pada balita atu KEK (kurang energy kronik) pada ibu WUS dan ibu hamil. Pengukuran LILA pada WUS dan ibu hamil adalah untuk mendeteksi resiko terjadinya kejadiaa bayi dengan BBLR (Berat badan lahir rendah). Cut off point dengan balita yang menderita KEP adalah < 12,5 cm sedangkan resiko KEK dan WUS dan bumil adalah < 23,5 cm.


6.      Tinggi Lutut.
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau manula. Pada manula digunakan tinggi lutut karna manula telah terjadi penurunan masa tulang yang ,menyebabkan bungkuk sehingga sukar untuk mendapatkan data tinggi badan yang akurat. Untuk mendapatkan data tinggi badan dari berat badan dapat menggunakan Formula atau nomogam bagi orang yang berusia lebih dari 59 tahun. Untuk nmendapatkan data tinggi daban dari berat badan dapat menggunakan formula berikut ini:
Pria      : (2,02 x tinggi  lutut(cm)) – (0,04 x umur (tahun)) + 64.19
Wanita : (1,83 x tinggi lutu (cm)) – (0,04 x umur (tahun)) + 84.88


c.       Koposisi tubuh
Utot dan lemak merupakan jaringan lunak yang bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat dilakukan pada jaringan tersebut untuk melnilai status gizi di masyarakat.
Pengertian indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa perameter. Indeks antropometri bias merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubugkan dengan umur.

Beberapa indeks antropometri adalah sebagai berikut.
BB/U (Berat badan terhadap Umur)
·         Indikator status gizi kurang saat sekarang.
·         Sensitif terhadap perubahan kecil.
·         Kadang umur secara akurat sulut didapat
·         Growth monitoring
·         Pengukuran yang berulang dapt mendeteksi growth failure karena infeksi atau KEP
TB/U (Tinggi badan terhadap umur)
·         Inndikator status gizi masa lalu
·         Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
·         Kadang umur secara akurat sulit didapat

BB/TB (Berat badan terhadap tinggi badan)
·         Mengetahui proporsi badan (gemuk, norma. kurus)
·         Indikator status gizi saat ini (current nutrition status)
·         Umut tidak perlu diketahui.
LILA/U (lingkaran lengan atas terhadap umur)
·         Dapat mengidetifikasi KEP pada balita
·         Tidak memerlukann data umur yang kadang sulit
·         Dapat digunakan pada saat emergency
·         Menbutuhkan alat ukur yang murah
·         Pengukuran cepat.

B.     Baku Acuan (Data reference)
Ada dua jenis baku acuan, yaitu local dan inter nasional. Terdapat beberapa baku acuan internasional, seperti tanner, Harvard, NCHS. Indonesia menggunakan baku acuan internasional WHO/ NCHS. WHO telah menganjurkan pemakaian NCHS di dunia.
Jelliffe (1989) merangkum penggunaan bakua acuan yang digunakan saat ini dan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut.

Indeks
Sekarang
Sebelumnya
BB/TB untuk  anak

Lingkatan lengan atas untuk anak
BB/TB Untuk orang dewasa

Lingkaran lengan atas untuk orang dewasa
NCHS (Hamil et.al 1979)

NCHS (1977)

Frisancho (1984)

Frasancho (1981)
Boston (harvatd) (Stuart and Maredith 1974)
Wolanski (1966, Pers Commun)
Mertopolitan life Insurance (1959)
Jelliffe (1966)

Penilaian status gizi dengan menggunakan metoda antropometri ini memiliki kelebihan dan kekurangan , Yang dapat dilihat pada  table berikut:
 

Kelebihan
Kekurangan
1.      Relatif murah
2.      Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar
3.      Objektif
4.      Gradable, Dapat diranking apakah ringan, sedang dan berat.
5.      Tidak menimbulkan sakit pada responden
1.      Membutuhkan data referensi yang relevan
2.      Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada alat (belum dikatabrasil). Kesalahan pada observer (kesalahan pengukuran. Pembacaan, pencatatan)
3.      Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kurang energy dan protein, tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro.
 .

BAB III
KESIMPULAN

1.      Penilaian status gizi bias dilakukan  dengan berbagai metoda, tergantung pada tujuan kegiatan.
2.      Pengumpulan data untuk menilai status gizi bias dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari tujuan dan dana yang tersedia.
3.      Perencanaan harus dilakukan sebulum penilaian status gizi dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Gibson S. R, 1990. Principles of Nutritional Asessment. New York: Oxford University , 1993. Nutritional Asessment, A Laboratory Maniual. New York: Oxford University.
Jelliffe, D. B, 1989. Community Nutritional Asessment. New York: Oxford University .
WHO Technical Report Series, 1995. Physical Status: The Use and Interpretion of     anthropometry. Geneva: WHO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar