Minggu, 22 Januari 2012
Rabu, 18 Januari 2012
makalah cairan dan elektrolit
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua sel dan jaringan tubuh manusia terendam dalam cairan yang memiliki komposisi kimia serupa dengan air laut. Hal ini mencerminkan awal evolusi manusia. Agar fungsi sel dapat berlangsung normal, komposisi cairan ini harus relative konstan. Keseimbangan yang dinamis atau homeostasis dari air, elektroloit, dan keseimbangan asam-basa dalam tubuh dipelihara melalui mekanisme faal kompleks yang melibatkan banyak system tubuh lain.
Gangguan volume cairan dalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan cairan sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Anatomi dan Fisiologi Cairan dan Elektrolit
1. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.1
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.5
(http://lensaaskep.blog.com/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html)
2. Proporsi Cairan Tubuh
Persentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
a. Umur
b. Kondisi lemak tubuh
c. Sex
Perhatikan uraian berikut ini :
1) Bayi (baru lahir) 75 %
2) Dewasa :
a) Pria (20-40 tahun) 60 %
b) Wanita (20-40 tahun) 50 %
3) Usia Lanjut 45-50 %
Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
3. Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.2
Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intraseluler maupun pada plasma terinci dalam tabel di bawah ini :
Plasma Interstitial
a. Kation :
Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca++), Magnesium (Mg ++)
b. Anion :
Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO42-), Sulfat (SO42-), Protein
4. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
1) Diffusi
2) Filtrasi
3) Osmosis
4) Aktif Transport
Difusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas.Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel, yaitu :
a) Permeabilitas membran kapiler dan sel
b) Konsenterasi
c) Potensial listrik
d) Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang tinggi. Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membran sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif.
Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum.
Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal. Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.
5. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b. Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
3) Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4) Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
6. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain :
a. Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet :
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.3
B. Konsep Dasar Gangguan Volume Cairan
1. HIPOVOLEMIA (Kekurangan Volume Cairan)
a. Pengertian
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner & suddarth, 2002).
1) Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES).
2) Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)
3) Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES)
b. Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal, dan lain-lain.
3) Perdarahan.
c. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.1
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
d. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung pada jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai dengan ketidak seimbangan asam basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
e. Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1) Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Kejang pada dehidrasi hipertonik.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan penunjang.
Penurunan tekanan darah (TD), khususnya bila berdiri (hipotensi ortostatik); peningkatan frekwensi jantung (FJ); turgor kulit buruk; lidah kering dan kasar; mata cekung; vena leher kempes; peningkatan suhu dan penurunan berat badan akut. Bayi dan anak - anak : penurunan air mata, depresi fontanel anterior.
Pada pasien syok akan tampak pucat dan diaforetik dengan nadi cepat dan haus; hipotensi terlentang dan oliguria.2
Tabel. 1. Penurunan berat badan sebagai indikator dari kekurangan CES pada orang dewasa dan anak-anak.
Tabel. 2. Pengkajian perubahan pada hipovolemia4
2) Riwayat kesehatan.
3) Evalusi status volume cairan.
4) Kadar Nitrogen Urea dalam darah (BUN) > 25mg/ 100 ml.
5) Peningkatan kadar Hematokrit > 50%.
6) Berat jenis urine > 1,025.
g. Penatalaksanaan Medis
1) Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan elektrolit.
2) Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
3) Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-hati dengan cairan intravena sesuai pesanan / order dari medis.Catatan : Rehidrasi pada kecepatan yang berlebihan dapat menyebabkan GJK (gagal ginjal jantung kongestif)
4) Tindakan terhadap penyebab dasar.
2. HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan)
a. Pengertian
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).
b. Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
c. Patofisiologi
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
d. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH.
Abnormalitas pada homeostatisis elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler
e.Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
1) Gagal ginjal, akut atau kronik
2) Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung
3) Infark miokard
4) Gagal jantung kongestif
5) Gagal jantung kiri
6) Penyakit katup
7) Takikardi/aritmia
Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah, retensi natrium
8) Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker
9) Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
10) Varikose vena
11) Penyakit vaskuler perifer
12) Flebitis kronis
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Fisik
Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab, takikardia, irama galop
2) Protein rendah
3) Anemia
4) Retensi air yang berlebihan
5) Peningkatan natrium dalam urine
g. Penatalaksanaan Medis
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES pada normal. Tindakan dapat berupa hal berikut :
1) Pembatasan natrium dan air.
2) Diuretik.
3) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner&Suddarth. (2000). Keperawatan Medical Medah.(Edisi 8). Volume 1. Jakarta :EGC
2. Doenges. ME. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
3. Martin.T. (1998). Standar Keperawatan Pasien : Pasien Standar Care. Jakarta : EGC
4. Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : EGC
Sabtu, 14 Januari 2012
Jumat, 13 Januari 2012
fisika kesehatan
MAKALAH
KESEHATAN LENSA MATA (SOFTLENS)
Dosen Pengampu :
Arisnawati, S.Kep
Disusun Oleh :
Devita Apriyanti
M. Akhsin Tanal
Slamet Riyadi
Oktri Dian Alviana
AKADEMI KEPERAWATAN ALHIKMAH 02
BENDA SIRAMPOG BREBES
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lensa
kontak sudah menjadi bagian gaya hidup. Orang tak lagi mengenakannya sekadar
alat bantu penglihatan, tapi juga untuk mempercantik penampilan. Tak heran,
muncul lensa kontak dengan aneka warna.
Banyak
orang memakainya tanpa peduli efek buruknya. Alih-alih tampil beda dengan
pancaran mata yang memukau, pemakaian lensa kontak berpotensi merusak mata.
Ingat, mata adalah salah satu organ paling lembut di dalam tubuh.
Heror
mengingatkan mereka yang mengenakan lensa kontak agar memerhatikan masa
pakainya. "Sekarang ini ada berbagai lensa kontak yang memiliki batas
waktu pemakaian. Mulai yang sekali pakai hingga untuk pemakaian sampai 180
hari,” kata Dr Anagha Heroor, seorang dokter mata, seperti dikutip dari laman Times of
India.
Memerhatikan
perawatan lensa kontak dengan pemakaian jangka panjang juga perlu diperhatikan
agar tak menyebabkan masalah pada mata. Lensa kontak sekali pakai sebaiknya
hanya digunakan untuk kesempatan khusus, bukan untuk sehari-hari.
Dan
yang penting, tak memaksakan diri memakai lensa kontak jika mata mengalami
iritasi. Seiring dengan meningkatnya perhatian dan
pengetahuan pengaruh gizi terhadap kesehatan, khususnya kesehatan mata
menyebabkan pesatnya pertumbuhan pasar terhadap produk-produk kesehatan mata.
Sebagian besar produk-produk untuk kesehatan mata yang dipasarkan sekarang
berbentuk suplemen. Selain senyawa antioksidan (vitamin A, C, dan E) yang
sebelumnya telah diketahui dapat meningkatkan kesehatan mata, senyawa lain
seperti lutein, zeaxanthin, dan astaxanthin, baru-baru ini diketahui sebagai
senyawa yang dapat meningkatkan kesehatan mata.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa pengertian dari
softlens
b.
Cara memakai softlens yang benar
c.
Cara merawat softlens
d. Mengetahui Kelebihan dan kekurangan menggunakan softlens
e. Efek
samping dan bahaya kontak lensa pada mata
C.
Tujuan Penulisan
a.
Untuk mengetahui pemaikan Softlens
b.
Untuk mengetahui cara merawat Softlens
c.
Untuk Mengetahui Efek Samping Pada Kontak Lensa
d.
Untuk mengetahui Kekurangan dan Kelebihan Penggunaan Softlens
BAB II
KONSEP DASAR
A.
Pengertian Softlens
Lensa
kontak adalah potongan ajaib dari plastik yang memungkinkan anda untuk melihat
tanpa kacamata. Dalam kebanyakan kasus, lensa kontak digunakan sebagai
pengganti kacamata. Lensa kontak juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
mata tertentu atau dapat digunakan untuk tujuan kosmetik untuk mengubah
penampakan warna mata
Tidak
semua lensa kontak sama. Ada yang aman untuk mata Anda, dan ada juga yang
beresiko merusak mata.Tahu apa yang ditawarkan industri lensa kontak modern
akan membantu untuk membuat pilihan yang bijak, tidak begitu saja mengikuti apa
kata dokter. Ada orang yang berbuat menghemat dengan memakai lensa kontak lebih
lama daripada yang dimaksudkan. Ini bukanlah hal yang baik. Meskipun kulitas
lensanya tidak akan berkurang, tumpukan protein dapat mengaburkan penglihatan
Lensa kontak adalah protesa okular yang
dikenakan untuk memperbaiki visus. Mayoritas lensa kontak dipakai untuk koreksi
penglihatan karena alasan kosmetik. Terdapat berbagai tingkat pengetahuan dalam
penggunaan dan perawatan lensa kontak. Komplikasi dari pemakaian lensa kontak
terjadi karena beberapa faktor: penyalahgunaan lensa, pemakaian lensa yang
tidak sesuai, atau penyakit mata sebelumnya.
Komplikasi lensa kontak yaitu mulai dari
self-limiting sampai mengganggu penglihatan, hal tersebut memerlukan diagnosis
dan pengobatan yang cepat untuk mencegah terjadinya kebutaan. Dengan jutaan
orang yang memakai lensa kontak, walaupun kecil persentasenya komplikasi lensa
kontak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Komplikasi lensa
kontak sangat beragam pada umumnya melibatkan kelopak mata, konjungtiva, dan
semua lapisan kornea (yaitu, epitel, stroma, endotelium).
Komplikasi akibat pemakaian lensa kontak dapat
segera diketahui dengan baik. Pemakaian lensa kontak menyebabkan perubahan pada
kornea dalam hal struktur, jumlah, produksi air mata maupun tingkat oksigen dan
karbon dioksida. Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan masalah dan
juga dapat memperburuk penyakit yang sudah ada sebelumnya.
Sekitar 6% dari pemakai lensa kontak per tahun
akan terkena beberapa komplikasi, meskipun sebagian besar komplikasi ini cukup
kecil. Sebuah studi baru-baru ini telah menemukan bahwa 9,1% pemakai lensa
kontak mengunjungi Unit Kedaruratan Mata.8
Penelitian epidemiologi telah menghitung secara tahunan insiden lensa kontak kosmetik yang berhubungan dengan keratitis bakteri ulseratif sebanyak 0,21% pada pasien yang menggunakan lensa kontak extended wear dan 0,04% untuk pasien yang menggunakan lensa kontak daily.
Penelitian epidemiologi telah menghitung secara tahunan insiden lensa kontak kosmetik yang berhubungan dengan keratitis bakteri ulseratif sebanyak 0,21% pada pasien yang menggunakan lensa kontak extended wear dan 0,04% untuk pasien yang menggunakan lensa kontak daily.
Keratitis acanthamoeba adalah infeksi kornea
yang jarang terjadi tetapi berpotensi merusak. Keratitis acanthamoeba
terjadi setelah terkontaminasi luka pada kornea, 85% dari kasus keratitis
terjadi pada semua jenis lensa kontak yang digunakan.
Diperkirakan 30 juta orang di Amerika Serikat memakai lensa kontak soft. Kejadian keratitis fungal diperkirakan 4-21 per 10.000 pertahun pada pemakai lensa kontak soft, tergantung pada apakah pengguna memakai lensa semalaman.
Diperkirakan 30 juta orang di Amerika Serikat memakai lensa kontak soft. Kejadian keratitis fungal diperkirakan 4-21 per 10.000 pertahun pada pemakai lensa kontak soft, tergantung pada apakah pengguna memakai lensa semalaman.
Untuk memahami lebih lanjut tentang keratitis
akibat pemakaian lensa kontak maka pada sari pustaka ini akan dikemukakan
secara singkat mengenai anatomi dan fisiologi kornea, tentang lensa kontak dan
komplikasi pemakaian lensa kontak.
B.
Cara Merawat Softlens
Mata
adalah cahaya dunia, begitu ungkapan yang sering kita dengar. Karena dari
matalah yang menghadirkan ekspresi bagi pemiliknya, sedih, senang ataupun
kecewa semua dapat tergambar lewat sorot mata kita. Bagi wanita, seringkali
mata dijadikan kekuatan untuk dapat menarik perhatian dan pendukung utama
penampilan. Untuk itu, mata seringkali diberikan perhatian khusus, termasuk
memakaikan make up atau aksesori agar nampak lebih cantik.
Salah
satu aksesori mata yang menjadi favorit adalah softlens atau lensa kontak yaitu
lensa korektif, kosmetik, atau dapat dijadikan terapi yang biasanya ditempatkan
di kornea mata. Kegunaan lensa yang lebih ringan dan bentuknya tak nampak saat
dipakai ini, kurang lebih sama dengan kacamata konvensional atau kacamata umum
yang berframe. Lensa kontak lebih diminati karena tampilannya yang lebih trendi
dan tak merepotkan, selain tak berframe lensa ini berwarna, jadi dapat
dicocokan dengan baju yang sedang dikenakan juga membuat tampilan Anda berbeda.
Namun, disamping kelebihan soflens seperti diatas, Anda juga perlu mengingat
untuk selalu melakukan perawatan khusus pada softlens Anda karena jika malas
membersihkan dan menyimpannya dengan baik, justru akan menyebabkan iritasi yang
dapat beresiko bagi mata Anda. Nah, bagaimana cara perawatannya?
1.
Yang
perlu diketahui adalah dasar perawatan lensa kontak yaitu bersihkan, bilas dan
suci hamakan softlens Anda. Seperti berikut;
·
Sebelum
membersihkan softlens, cuci tangan Anda dengan sabun agar kotoran dan
kuman tidak terbawa ke mata Anda. Hindari sabun
pelembab, karena bersifat anti untuk lensa kontak. Setelah bersih,
keringkan tangan anda dengan handuk bebas serat.
·
Lap
satu persatu lensa dan bersihkan dengan cairan multipurpose solution
yang direkomendasikan. Bersihkan semua yang menempel dimata,
misal kosmetik atau debu yang dapat
mengganggu kenyamanan lensa.
·
Kemudian
bilas lensa lagi untuk memastikan kotoran-kotoran yang masih
tertinggal, pastikan untuk tidak lupa membilas, karena membilas merupakan
langkah yang penting.
·
Setelah
bersih, tempatkan lensa dalam tempat lensa yang kedap udara,
bertutup rapat, dan rendam dalam cairan multipurpose solution, jangan memakai
multipurpose solution dari lensa kontak lama Anda. Cairan ini untuk mensuci
hama/membunuh mikroorganisme pada lensa softlens Anda.
2.
Penggunaan
lensa kontak erat hubungannya dengan cairan multipurpose solution atau cairan
pembersih atau pensuci hama yang diformulasikan menyerupai cairan mata Anda.
Cara penggunaannya adalah dengan menuangkan pada wadah khusus dan merendam
softlens di dalamnya. Pemakaian dan perawatan cairan ini pun harus hati-hati,
karena sangat rentan mentransfer kuman atau bakteri ke mata Anda, berikut
langkahnya;
·
Perhatikan
waktu perendaman softlens (minimal 4 jam, maximal 24 jam)
·
Hindari
pencampuran cairan multipurpose solution yang berbeda dalam satu penggunaan
·
Agar
tidak terjadi kontaminasi kuman, jangan menuang cairan ini pada wadah/botol
lain untuk digunakan lagi.
·
Lebih
dianjurkan memakai pembersih protein yang sama merk/produk dengan cairan
solution yang dipakai.
·
Pastikan
tangan Anda telah dicuci dengan sabun, sebelum memakai cairan ini untuk
membersihkan softlens.
Memakai
lensa kontak, tidak hanya harus memperhatikan kebersihannya, namun harus tau
pula bagaimana merawat mata agar tetap sehat. Terutama yang berkaitan dengan
kebutuhan protein pada mata Anda. Untuk itu, bagi pemakai lensa kontak,
disarankan untuk menggunakan produk cairan removal protein. Fungsinya adalah
mengembalikan protein yang hilang akibat pemakaian lensa dan akan membuat mata
Anda tetap nyaman. Jenis removal protein yang baik, biasanya
tergantung pada jenis lensa kontak yang Anda pakai, namun untuk
dosis pemakaiannya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter mata Anda.
Penggunaan soft
lens dan berbagai produk perawatan dan pelengkapnya, harus memperhatikan dua
jenis mata berikut;
a)
Mata kering dan mudah iritasi.
Disarankan untuk menggunakan tetes mata lensa kontak
untuk melumasi mata dan membuat lensa tetap basah.
b)
Mata sensitive dan alergi.
Jika hal ini terjadi dengan Anda,Anda tidak
perlu produk tambahan, Anda hanya perlu untuk
beralih produk yang berlabel "bebas pengawet."
Apapun jenis,
merek atau produk lensa kontak Anda, Anda harus ingat, hal-hal sebagai
berikut:
- Hindari sentuhan langsung cairan solution pada tubuh Anda, agar tidak terjadi kontaminasi .
- Jangan mencuci/ membersihkan lensa kontak Anda dan aksesorisnya dengan air keran. Karena dapat membawa mikroorganisme (Acanthamoeba) yang menyebabkan infeksi mata serius.
- Ingatlah untuk membersihkan lensa kontak Anda aksesoris nya (tempat lensa, perangkat pembersih/desinfektan, botol enzimatik dan sebagainya) sesuai petunjuk yang telah ditetapkan.
- Untuk tempat/wadah lensa, bersihkan dengan air panas setelah itu keringkan. (Karena kista Acanthamoeba dapat hadirdalam air keran dan dapat bertahan selama bertahun-tahun setelah pengeringan)
- Keringkan wadah lensa dengan tisu bersih atau handuk tanpa serat, kemudian tempatkan pada wadah kedap udara.
- Ganti wadah lensa sebulan sekali, untuk mengurangi risiko infeksi.
C. Cara Memakai Softlens
Gangguan penglihatan
membuat kita harus menggunakan alat bantu penglihatan agar penglihatan menjadi
jelas. Berbagai cara dilakukan orang,seperti menggunakan kacamata, soft lens,
bahkan operasi plastik. Namun, penggunakan kacamata seringkali menimbulkan rasa
kurang nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga banyak orang yang
sekarang ini melirik untuk memakai kontak lensa. Apalagi dengan berbagai warna
pilihan yang dapat memperindah mata dan menambah kepercayaan diri bagi
pemakainya.
Namun informasi yang
minim mengenai penggunaan soft lens menyebabkan banyak terjadi kasus kelainan
pada mata,mulai dari iritasi sampai kebutaan. Pemakaian soft lens yang benar
dapat menyebabkan penglihatan menjadi nyaman, memperbaiki daya lihat pada mata,
bahkan bisa juga mempertahankan kelengkungan kornea sehingga dapat menghambat
pertumbuhan ukuran mata minus.
Sebelum memutuskan untuk
menggunakan soft lens, pengguna harus memeriksakan matanya dahulu ke dokter
spesialis mata, karena tidak setiap pengguna bias dan aman untuk memakai soft
lens. Selain itu, pemeriksaan yang teliti mengenai bola mata sangat diperlukan
untuk mengetahui tingkat kelengkungan kornea, keadaan permukaan kornea, kondisi
kuantitas dan kualitas air mata. Apabila ditemukan kontra indikasi pemakaian
soft lens seperti mata kering (dry eyes) dimana produksi air mata sedikit atau
kurang, ada iritasi atau infeksi pada mata, dan gangguan pada kedipan mata,
maka penggunaan soft lens sangat tidak dianjurkan. Hal ini perlu diketahui
pengguna karena tingginya resiko penggunaan soft lens tidak sesuai aturan
seperti mata menjadi merah, mata kering, iritasi, gatal, bahkan luka pada korne
(cornea ulcer) yang dapat mengakibatkan kebutaan.
- Langkah pertama, pastikan kamu sudah mencuci tangan dengan bersih sebelum menyentuh lensa. Mencuci tangan disarankan menggunakan Sabun Bayi atau dengan cairan pembersih khusus softlens, dan hindari memakai sabun yang mengandung deterjen.
- Selanjutnya, keringkan tangan terlebih dahulu dengan handuk atau tissue yang bersih.
- cara terbaik memakai softlens ialah dengan mengambilnya dari tempat lensa dan menempatkannya di ujung jari telunjuk.
- Selanjutnya, dengan bercermin, tariklah ke bawah kelopak mata bagian bawah dengan jari tengah tangan yang terdapat softlens.
- Tarik ke atas kelopak mata bagian atas dengan jari telunjuk tangan yang tidak terdapat softlens kemudian arahkan penglihatan ke atas.
- Tempatkan softlens pada bagian bawah mata yang berwarna putih (tahan agar tidak berkedip sebelum softlens menempel).
- Setelah softlens menempel di mata, segera tutup mata kamu, dan kedipkan mata beberapa kali. Saat itu softlens akan menemukan posisi yang tepat.
- Lakukan hal yang sama pada mata yang belum terpasang.
- Dengan sedikit latihan, kamu akan mahir memasukkan softlens dengan cepat tanpa masalah lagi.
Cara
Melepas Softlens
- Langkah pertama, Siapkan tempat softlens dan tetesan mata.
- Kemudian, pastikan kamu sudah mencuci tangan dengan bersih sebelum menyentuh lensa. Mencuci tangan disarankan menggunakan Sabun Bayi atau dengan cairan pembersih softlens, dan hindari memakai sabun yang mengandung deterjen.
- Jika mata terasa kering, sebelum melepaskan softlens ada baiknya meneteskan mata dengan cairan tetes mata khusus softlens. Cairan ini agar mata tidak terasa kering.
- Buka kelopak mata bagian atas dan bawah dengan cara menariknya dengan jari tengah tangan yang hendak melepas softlens di kelopak bawah. Dan, jari tengah tangan yang tidak melepas softlens di kelopak atas.
- Jangan takut untuk menempelkan jari telunjuk tangan yang hendak melepas softlens pada softlens yang menempel di mata karna tidak terasa sakit.
- Kemudian dengan telunjuk terebut gerakan softlens kebawah pada bagian mata yang berwarna putih. Tekan softlens dengan jari telunjuk dan ibu jari dan angkat arah keluar dari mata.
- Kemudian letakan softlens pada tempat softlens yang sudah disediakan.
- Lakukan hal yang sama pada mata yang belum terlepas.
D.
Jenis-jenis Softlens
1.
Lensa Tunggal (Single
Vision Lenses)
Lensa Tunggal hanya
terdiri dari satu ukuran, baik untuk jarak jauh, menengah (komputer), atau
dekat. Bahannya terdiri dari kaca, plastik, atau polikarbon.
2.
Lensa Bifokal (Bifocal
Lenses)
Lensa Bifokal
terdiri dari 2 ukuran sehingga bisa memberikan pandangan yang baik untuk jarak
jauh dan jarak dekat.
Lensa Bifokal
menyediakan bagian lensa untuk membaca dengan berbagai bentuk dan lebar. Yang
paling populer adalah Flat Top dengan lebar sekitar 28 mm.
3.
Lensa Progresif
(Progressive Lenses)
Lensa progresif
memberikan perubahan yang tidak terlihat antara jarak jauh, menengah, dan jarak
dekat. Jadi jika dengan bifokal anda hanya punya 2 ukuran untuk jarak jauh dan
jarak dekat, dengan progresif semua ukuran termasuk jarak menengah sudah
termasuk dengan perubahan ukuran yang bertahap. Ini selain memberikan pandangan
lebih baik, juga orang tidak tahu kalau anda juga mengenakan lensa untuk
membaca.
4.
Lensa Transition
(Transition Lenses)
Ini adalah lensa
yang bisa berubah warna. Jika dalam ruangan, warnanya menjadi bening persis
kacamata baca. Tapi jika di luar ruangan, apalagi dengan sinar matahari yang
cerah, warnanya akan berubah jadi gelap seperti Sunglasses sehingga memberikan
perlindungan mata anda dari sinar Ultra Violet. Pilihan warna bermacam-macam
dari abu-abu, coklat, hijau, dan sebagainya.
E.
Efek samping dan bahaya kontak lensa pada mata
Lensa kontak, lensa kontak dan kaca mata biasa mempunyai
fungsi yang sama, keduanya merupakan alat bantu penglihatan, hanya saja cara
penggunaannya yang berbeda. penggunaan kaca mata saya rasa anda semua sudah
tahu, yaitu tinggal menggatungkan saja di kedua telinga. berbeda dengan lensa
kontak, lensa kontak penggunaanya ditempel secara langsung di kornea mata
penggunanya.
ada dua jenis lensa kontak, yaitu hard contact lens dan
soft contact lens atau yang biasa dikenal dengan soft lens. sedikit
cerita tentang soft lens dan hard lens :
Pada awalnya, lensa kontak memang dibuat dari bahan yang
rigid/kaku, yang setelah muncul adanya softlens, maka lensa kontak tersebut
sering disebut dengan hard contact lens. Kaca lah material yang dipakai sebagai
bahan lensa kontak pada saat awal diperkenalkan, sekitar tahun 1887. Baru pada
sekitar tahun 1936, plastik mulai diperkenalkan sebagai bahan pembuatan lensa
kontak. Namun hanya bagian pinggir lensa kontak yang menggunakan plastik,
sedangkan pada bagian zona optiknya (tengah) masih menggunakan kaca.
Pengaplikasian bahan plastik untuk seluruh bagian lensa kontak baru dimulai
pada tahun 1946. Plastik jenis PMMA adalah yang paling sering dipakai.
Eksperimen pembuatan soft contact lens baru dilakukan pada
akhir – akhir tahun 1950 dengan menggunakan hydroxyethyl methacrylate (HEMA),
yaitu sejenis bahan polymer yang dapat mengandung air, yang dibuat oleh Dr.
Drahoslav Lim. Bahan ini terus dikembangkan dan masih digunakan sebagai bahan
softlens hingga masa sekarang ini.
Softlens, tidak lah berposisi sebagai pengganti hard contact
lens, tapi hanya merupakan pelengkap keberadaan lensa kontak. Terbukti hingga
saat ini, lensa kontak berbahan rigid/kaku masih tetap dibuat, bahkan terus
dikembangkan, sebab ada beberapa keunggulan fungsi yang tidak dapat tergantikan
oleh lensa kontak lunak/softlens. Salah satunya adalah kemampuan dalam
membentuk ulang (reforming) kontur permukaan kornea, sehingga dipakai dalam
proses orthokeratology untuk mengatasi myopia ringan. Lensa kontak kaku juga
dapat mengeliminasi efek dari tidak ratanya kontur kelengkungan kornea,
misalnya pada kasus astigmatisme irregular yang disebabkan oleh kontur lengkung
kornea yang tidak beraturan. Kedua hal tersebut sampai saat ini tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan softlens. seiring dengan perkembangan jaman lensa
kontak yang dulunya bertujuan sebagai alat bantu penglihatan,
Seperti yang telah tertulis di atas, lensa kontak selain
sebagai alat bantu penglihatan juga mempunyai kemampuan dalam membentuk ulang (reforming)
kontur permukaan kornea. tapi anda harus tetap hati hati dalam menggunakan
lensa kontak. adalah hal yang wajar jika suatu kegiatan ada resiko yang baik
dan juga resiko yang buruk. begitu juga dengan penggunaan lensa mata. anda pun
juga harus hati-hati dengan resiko penggunaan lensa kontak, seperti
mara merah, iritasi, masukknya benda asing pada bola mata, dan lain lain.
Sangat dianjurkan bagi anda pengguna lensa kontak untuk
selalu menjaga kebersihan, karena jika tidak dapat mengakibatkan masalah mata
yang cukup serius seperti mata kering, penglihatan menjadi kabur, gatal hingga
kebutaan.
Konsekuensi dari kurang memperhatikan kebersihan lensa kontak
memang sangat fatal bagi kondisi mata. Banyak orang yang tidak cuci tangan
sebelum memakaikan lensa kontak pada mata. Hal ini bisa memicu terjadinya
iritasi yang jika dibiarkan bisa menjadi infeksi parah.
Menurut Dr. H. Dwight Cavanagh, seorang profesor ahli mata
dari Southwestern Medical Center, Amerika Serikat dalam tulisannya “Eye and
Contact Lens” pada 2003, mengungkapkan sebanyak 2.500 pengguna lensa kontak
mengalami “corneal ulcers”. Hal itu terjadi pada pengguna yang menggunakan
lensa kontak setiap hari.
Corneal ulcer yaitu kondisi dimana terdapat luka terbuka pada
kornea. Hal ini sering disebabkan oleh infeksi dan luka kecil atau goresan yang
bisa terjadi akibat penggunaan lensa kontak yang kurang hati-hati.
Gejala yang timbul biasanya produksi air mata yang meningkat,
sensitif terhadap cahaya, pandangan menjadi kabur, gatal dan nyeri. Jika gejala
tersebut dibiarkan dan tidak dilakukan perawatan intensif bisa memicu
terjadinya kebutaan.
F. Kelebihan dan kekurangan
soft lens
1.
Kelebihan Softlens
1)
Menambah
percaya diri.
Para wanita yang merasa kurang pede memakai kacamata, bisa mendapatkan rasa pede-nya kembali setelah memakai softlens.
Para wanita yang merasa kurang pede memakai kacamata, bisa mendapatkan rasa pede-nya kembali setelah memakai softlens.
2)
Menunjang
aktivitas tertentu.
Orang-orang dengan pekerjaan tertentu relatif memerlukan Softlens agar bisa bergerak bebas dan tak takut terganggu, dibandingkan jika harus memakai kacamata. Contohnya : olahragawan, penari, aktor, penyanyi, orang-orang yang bekerja dalam hujan, asap, dan lain-lain.
Orang-orang dengan pekerjaan tertentu relatif memerlukan Softlens agar bisa bergerak bebas dan tak takut terganggu, dibandingkan jika harus memakai kacamata. Contohnya : olahragawan, penari, aktor, penyanyi, orang-orang yang bekerja dalam hujan, asap, dan lain-lain.
3)
Faktor
keamanan.
Untuk aktivitas yang lumayan berat, pengguna tak perlu takut lensa bakal jatuh atau pecah, seperti halnya jika memakai kacamata.
Untuk aktivitas yang lumayan berat, pengguna tak perlu takut lensa bakal jatuh atau pecah, seperti halnya jika memakai kacamata.
4)
Penglihatan
lebih baik.
Softlens meminimalisasi jarak mata dengan lensa hingga ketajaman mata menjadi lebih baik. Selain itu, sudut penglihatan pun menjadi lebih luas karena lensa menempel langsung pada mata.
Softlens meminimalisasi jarak mata dengan lensa hingga ketajaman mata menjadi lebih baik. Selain itu, sudut penglihatan pun menjadi lebih luas karena lensa menempel langsung pada mata.
5)
Baik
untuk penderita mata silendris (cylinder).
Bagi pemakai kacamata silendris, Softlens mengoreksi kekurangan akurasi kacamata hingga titik terendah, sehingga penglihatan pun menjadi lebih baik.
Bagi pemakai kacamata silendris, Softlens mengoreksi kekurangan akurasi kacamata hingga titik terendah, sehingga penglihatan pun menjadi lebih baik.
2.
Kekurangan Softlens :
1. Tidak
nyaman.
Pemakai awal biasanya merasa tidak enak, karena adanya benda asing pada bola mata mereka. Namun, lama-kelamaan, mata pun akan terbiasa. Biasanya setelah menghentikan pemakaian selama seminggu, sensitivitas kornea akan normal lagi, sehingga pemakai harus berdaptasi lagi agar menjadi nyaman dengan Softlensnya.
2. Kekurangan oksigen.
Terlalu lama atau terlalu ketat memakai Softlens bisa membuat mata kekurangan oksigen. Konsekuensinya, berbagai macam komplikasi bisa terjadi, seperti noda kornea dan kornea edema.
3. Mudah hilang.
Ukuran Softlens yang relatif kecil dibanding kacamata membuatnya lebih gampang hilang atau terselip.
4. Kurang ekonomis (relatif mahal).
Harga Softlens juga relatif mahal, di atas Rp 100 ribu. Apalagi, masa pakainya hanya berkisar 2 minggu sampai sebulan. Umumnya, hanya golongan ekonomi tertentu yang mampu membelinya.
5. Adaptasi lama.
Pemakai awal butuh waktu lama untuk memakainya, dari belajar memakai, merawat, hingga membiasakan mata.
6. Butuh perawatan ekstra.
Softlens juga butuh perawatan lebih ketimbang kacamata. Misalnya, harus telaten menggosok, membersihkan, dan menyimpan lensa pada tempat antikuman
Pemakai awal biasanya merasa tidak enak, karena adanya benda asing pada bola mata mereka. Namun, lama-kelamaan, mata pun akan terbiasa. Biasanya setelah menghentikan pemakaian selama seminggu, sensitivitas kornea akan normal lagi, sehingga pemakai harus berdaptasi lagi agar menjadi nyaman dengan Softlensnya.
2. Kekurangan oksigen.
Terlalu lama atau terlalu ketat memakai Softlens bisa membuat mata kekurangan oksigen. Konsekuensinya, berbagai macam komplikasi bisa terjadi, seperti noda kornea dan kornea edema.
3. Mudah hilang.
Ukuran Softlens yang relatif kecil dibanding kacamata membuatnya lebih gampang hilang atau terselip.
4. Kurang ekonomis (relatif mahal).
Harga Softlens juga relatif mahal, di atas Rp 100 ribu. Apalagi, masa pakainya hanya berkisar 2 minggu sampai sebulan. Umumnya, hanya golongan ekonomi tertentu yang mampu membelinya.
5. Adaptasi lama.
Pemakai awal butuh waktu lama untuk memakainya, dari belajar memakai, merawat, hingga membiasakan mata.
6. Butuh perawatan ekstra.
Softlens juga butuh perawatan lebih ketimbang kacamata. Misalnya, harus telaten menggosok, membersihkan, dan menyimpan lensa pada tempat antikuman
G.
Gangguan Pada Mata
1.
Astigmatis
Astigmatis (mata silindris) adalah kelainan pada mata yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur. Hal ini terjadi karena penderita tidak mampu melihat garis-garis horizontal dan vertikal secara bersama-sama. Mata tidak mampu memfokuskan pandangan karena kornea mata tidak berbentuk bola. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kacamata silindris.
Astigmatis (mata silindris) adalah kelainan pada mata yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur. Hal ini terjadi karena penderita tidak mampu melihat garis-garis horizontal dan vertikal secara bersama-sama. Mata tidak mampu memfokuskan pandangan karena kornea mata tidak berbentuk bola. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kacamata silindris.
2.
Miopia
Miopi (rabun jauh) adalah kelainan pada
mata yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat jauh. Hal itu terjadi karena
bola mata terlalu panjang dan bayangan benda jatuh di depan bintik kuning.
Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kaca mata berlensa cekung (negatif).
3.
Hipermetropi
Hipermetropia (rabun dekat) adalah
kelainan pada mata yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat dekat. Hal itu
terjadi karena bola mata terlalu pendek dan bayangan jatuh di belakang bintik
kuning. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kaca mata berlensa cembung
(positifl.
4.
Presbiopia
Presbiopia (rabun dekat danjauh) adalah
kelainan yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat dekat dan jauh. Hal itu
terjadi ka.rena daya akomodasi mata mulai berkurans. Kelainan ini dialami oleh
orang tua sehingga disebut juga mata tua. Kelainan ini dapat diatasi dengan
memakai kacamata berlensa rangkap, yaitu bagian atas berlensa cekung (negatif)
dan bagian bawah berlensa cembung (positif). Kelainan miopia, hipermetropia,
dan presbiopia serta cara menolongnya telah kamu pelajari di kelas VIII.
5.
Rabun
Senja
Penderita rabun senja (rabun ayam)
tidak dapat melihat dengan baik pada senja dan malam hari ketika cahaya mulai
rentang-remang. Gangguan penglihatan ini disebabkan oleh kekurangan vitamin A.
Cara mencegah dan mengatasi gangguan ini ialah dengan mengonsumsi rnakanan yang
banyak mensandung vitamin A. Misalnya wortel. pepaya, dan tomat.
6.
Keratomalasi
Keratomalasi ditandai dengan kornea
mata yang keruh. Penyebabnya adalah kekurangan vitamin A yang sangat parah.
Jadi, penyakit ini merupakan tingkat lanjut rabun senja. Kekurangan vitamin A
menimbulkan penebalan selaput lendir mata. Akibatnya, permukaan mata yang
biasanya basah menjadi kering dan kasar (xeroftalmia/xerosis). Ji ka tidak
segera cliatasi. akan menimbulkan kebutaan.
7.
Katarak
Katarak (bular mata) merupakan kelainan
pada lensa mata. Lensa mata menjadi kabur dan keruh sehingga cahaya yang masuk
tidak dapat mencapai retina. Biasanya, katarak diderjta oleh orang yang berusia
lanjut. Katarak dapat diatasi dengan tindakan operasi.
8.
Juling
Kelainan mata ini disebabkan adanya
ketidak serasian kerja otot penggerak bola mata kanan dan kiri. Kelainan ini
dapat diatasi dengan tindakan operasi pada otot mata.
9.
Glaukoma
Kelainan ini ditandai dengan
peningkatan tekanan di dalam bola mata. Tekanan terjadi karena adanya sumbatan
pada saluran di dalam bola mata dan pembentukan cairan di bola mata yang
berlebihan. Kelainan yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan kebutaan.
Kelainan ini dapat diatasi dengan obat-obatan yang harus diminum seumur hidup
atau dengan tindakan pembedahan.
10. Buta Warna
Penderita buta warna tidak dapat
membedakan warna tertentu. misalnya merah, hijau. dan biru. Buta warna
merupakan penyakit keturunan yang tidak dapat disembuhkan. Buta warna lebih
banyak diderita laki-laki dari pada perempuan.
http://www.centralartikel.com/2011/11/kelainan-kelainan-pada-mata-kelainan.html
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Memerhatikan
perawatan lensa kontak dengan pemakaian jangka panjang juga perlu diperhatikan
agar tak menyebabkan masalah pada mata. Lensa kontak sekali pakai sebaiknya
hanya digunakan untuk kesempatan khusus, bukan untuk sehari-hari.
Dan
yang penting, tak memaksakan diri memakai lensa kontak jika mata mengalami
iritasi. Seiring dengan meningkatnya perhatian dan
pengetahuan pengaruh gizi terhadap kesehatan, khususnya kesehatan mata
menyebabkan pesatnya pertumbuhan pasar terhadap produk-produk kesehatan mata.
Sebagian besar produk-produk untuk kesehatan
mata yang dipasarkan sekarang berbentuk suplemen. Selain senyawa antioksidan
(vitamin A, C, dan E) yang sebelumnya telah diketahui dapat meningkatkan
kesehatan mata, senyawa lain seperti lutein, zeaxanthin, dan astaxanthin,
baru-baru ini diketahui sebagai senyawa yang dapat meningkatkan kesehatan mata.
B.
Saran
Sangat penting bagi pemakai lensa kontak untuk mengetahui
resiko dari pemakaian lensa kontak sehingga komplikasinya dapat dicegah.
Seorang praktisi lensa kontak harus memberi informasi mengenai resiko pemakaian
lensa kontak dan bagaimana menghindarinya. Diagnosis dan terapi yang tepat dan
cepat sangat penting untuk menghindari komplikasi kebutaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://www.centralartikel.com/2011/11/kelainan-kelainan-pada-mata-kelainan.html
Langganan:
Postingan (Atom)